Technology Determinism: Sebuah Ironi dibalik Inovasi Teknologi
Halo sobat semua! Selamat mengunjungi situs penuh
faedah ini. Pada tulisan saya hari ini, saya akan menuliskan beberapa hal
mengenai Technological Determinism. Apakah
sobat sekalian pernah mendengar istilah tersebut? Mungkin sudah, mungkin belum.
Tapi tidak masalah, pada kesempatan ini saya akan mengulasnya dari persepektif
saya pribadi. Untuk membuka tulisan saya hari ini, akan saya awali dengan
gambar dibawah ini:
sumber: dokumen pribadi |
Adakah sobat-sobat semua disini pernah menonton
serial diatas? Serial diatas adalah salah satu serial yang memiliki rate yang cukup tinggi. Angka 8.9 dari
10 diberikan oleh Internet Movie Database (IMDb), sungguh nilai yang memuaskan
bukan? Tentu saja hal ini tidak didasari oleh Computer Generated Imagery (CGI) atau efek animasi yang diberikan,
melainkan konsep serial tersebut yang menyajikan ironi kehidupan manusia yang
diperalat oleh teknologi buatan mereka sendiri. Marshall McLuhan menyebutnya
sebagai Technological Determinism.
Technological
determinism merupakan sebuah
teori yang lahir tahun 1962. Dasar dari teori ini adalah bahwa teknologi
menentukan bagaimana masyarakat berpikir dan bertindak. Hal ini sejalan dengan
apa yang diungkapkan oleh McLuhan yaitu:
“Media technology shapes how we as individuals in
a society think, feel, act and how society operates as we move from one
technological age to another”
Lalu hal seperti apa yang ditunjukkan dalam serial
Black Mirror tersebut? Sebuah kehidupan yang sangat bergantung akan rating atau penilaian berupa stars. Manusia distratifikasikan
berdasarkan jumlah stars yang telah
ia peroleh sampai saat ini. Nantinya stars
tersebut menentukan akses seseorang terhadap fasilitas kota seperti akses untuk
mengunjungi acara tertentu. Hal yang lebih buruknya lagi adalah ketika
seseorang justru dihakimi (judge) oleh orang lain hanya karena stars yang dimiliki jumlahnya sangat
kecil. Terjadilah sebuah bentuk diskriminasi terhadap pemilik stars dengan jumlah kecil.
Sekedar informasi agar sobat semua tahu, penilaian
stars dalam serial Black Mirror didasari
oleh seberapa populer orang tersebut di masyarakat dan kepopuleran bisa diraih
dengan memposting hal-hal positif atau hal yang disukai oleh orang lain. Namun
seperti yang sobat telah ketahui, sisi baik orang lain tidak bisa semata wayang
diukur oleh stars melainkan dari
tindakan nyata apa yang telah ia berikan untuk masyarakat. Setiap orang
memiliki kebebasan untuk melakukan hal apapun, bahkan tindakan baik sekalipun
sesungguhnya tidak perlu diunggah melalui media sosial hanya semata mengejar stars dan memperoleh eksistensi di mata publik.
Perubahan terjadi dalam semesta ini dan Charlie Brooker selaku scriptwriter dari serial tersebut berusaha
menyadari masyarakat melalui serial yang ia ciptakan. Permasalahannya adalah,
apakah penonton hanya sekedar menikmati serial tersebut ataukah mencoba untuk mengetuk
pintu hati dan matanya bahwa apa yang ada di sekitar mereka sudah tidak benar
apa adanya?
Sobat semua, ternyata penemuan teori Marshall
McLuhan mengundang banyak ilmuwan lain dalam meneliti tentang perkembangan
teknologi dan dampaknya terhadap perkembangan manusia loh. Salah satu rekan
baiknya bernama Neil Postman mengeluarkan sebuah buku dengan judul Technopoly: The Surrender of Culture to
Technology. Dasar dari teori ini masih sama yaitu Technology Determinism tapi Postman lebih mengkhususkan dampaknya
terhadap perubahan perkembangan budaya yang dialami masyarakat. Penasaran
bagaimana Postman mengangkat permasalahan Technology
Determinism ini? Yuk kita lihat uraian singkatnya:
sumber: dokumen pribadi |
Dalam mengawali uraiannya, Postman membagi
klasifikasi budaya berdasarkan tiga zaman yaitu Tools, Technocracy dan Technopoly.
Pada zaman yang disebut beliau sebagai tools,
alat atau teknologi diciptakan untuk menyelesaikan masalah spesifik dan
mendesak (urgent) dalam kehidupan manusia. Pada saat ini beliau belum melihat
adanya penyimpangan dari implikasi teknologi bahkan melihat suatu saat
budaya/tradisi dapat saling melengkapi untuk perkembangan teknologi yang
positif di kedepannya. Berikut adalah kutipan dari beliau:
“With some
exceptions, tools did not prevent people from believing in their traditions, in
their God, in their politics, in their methods of education, or in the
legitimacy of their social organization. These beliefs, in fact, directed the
invention of tools and limited the uses to which they were put”
Kemudian zaman beralih ke era Technocracy. Era Technocracy memfokuskan pada penemuan
alat (mesin-mesin) yang berfungsi sebagai unseen-hand
yang dapat memproduksi produk dengan harga murah seperti yang diharapkan semua
orang. Ini dikarenakan biaya untuk menggaji karyawan sudah dipangkas dengan
adanya mesin-mesin yang bekerja layaknya manusia
Seiring zaman berkembang, Postman melihat ada yang salah dari teknologi
tersebut sobat semua! Beliau menyebut teknologi dengan pernyataan, “they bid to become the culture”. Dalam
bukunya, Neil Postman juga menyebutkan sebuah kutipan menarik yang mengatakan:
“Faith
in machinery was mankind’s greatest menace”
Sumber: dokumen pribadi |
sumber: http://www.adp.com/~/Spark_images/221990.jpg |
Setelah membaca tulisan ini, bagaimana pendapat kalian
sobat? Apakah kalian memiliki pandangan yang sama dengan dua ilmuwan tersebut?
Atau kalian justru masih melihat titik terang terhadap perkembangan inovasi
teknologi kedepannya?
Nama: G.P. Yuda Prasetia Adhiguna
NPM: 1506686261
- https://radcallista.wordpress.com/2012/12/16/teori-technological-determinism-dan-contoh-terkait/
- Postman, Neil. 1993. Technopoly: The Surrender of Culture to Technology. New York: Knopf.
- Postman, Neil. 2006. Amusing Ourselves to Death: Public Discourse in The Age of Show Business. United States of America: Penguin Books Ltd.
- http://www.adp.com/~/Spark_images/221990.jpg
- https://makeameme.org/meme/technology-is-killing
- http://www.imdb.com/title/tt2085059/
2 komentar
👍👍👍
BalasHapusAGENS128 "agen bola terpercaya saat ini"
BalasHapusNikmati bonus new member 10% & bonus cashback setiap minggunya
dan tunggu promo promo kami lainya
info lebih lanjut bisa hub di :
WhatsApp : 0877-8922-1725
BBM : D8B84EE1 / AGENS128