Technology Determinism: Sebuah Ironi dibalik Inovasi Teknologi

by - 07.00

        Halo sobat semua! Selamat mengunjungi situs penuh faedah ini. Pada tulisan saya hari ini, saya akan menuliskan beberapa hal mengenai Technological Determinism. Apakah sobat sekalian pernah mendengar istilah tersebut? Mungkin sudah, mungkin belum. Tapi tidak masalah, pada kesempatan ini saya akan mengulasnya dari persepektif saya pribadi. Untuk membuka tulisan saya hari ini, akan saya awali dengan gambar dibawah ini:

sumber: dokumen pribadi
Adakah sobat-sobat semua disini pernah menonton serial diatas? Serial diatas adalah salah satu serial yang memiliki rate yang cukup tinggi. Angka 8.9 dari 10 diberikan oleh Internet Movie Database (IMDb), sungguh nilai yang memuaskan bukan? Tentu saja hal ini tidak didasari oleh Computer Generated Imagery (CGI) atau efek animasi yang diberikan, melainkan konsep serial tersebut yang menyajikan ironi kehidupan manusia yang diperalat oleh teknologi buatan mereka sendiri. Marshall McLuhan menyebutnya sebagai Technological Determinism.

           Technological determinism merupakan sebuah teori yang lahir tahun 1962. Dasar dari teori ini adalah bahwa teknologi menentukan bagaimana masyarakat berpikir dan bertindak. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh McLuhan yaitu:

“Media technology shapes how we as individuals in a society think, feel, act and how society operates as we move from one technological age to another”

Lalu hal seperti apa yang ditunjukkan dalam serial Black Mirror tersebut? Sebuah kehidupan yang sangat bergantung akan rating atau penilaian berupa stars. Manusia distratifikasikan berdasarkan jumlah stars yang telah ia peroleh sampai saat ini. Nantinya stars tersebut menentukan akses seseorang terhadap fasilitas kota seperti akses untuk mengunjungi acara tertentu. Hal yang lebih buruknya lagi adalah ketika seseorang justru dihakimi (judge) oleh orang lain hanya karena stars yang dimiliki jumlahnya sangat kecil. Terjadilah sebuah bentuk diskriminasi terhadap pemilik stars dengan jumlah kecil.
 
sumber: dokumen pribadi 
Sekedar informasi agar sobat semua tahu, penilaian stars dalam serial Black Mirror didasari oleh seberapa populer orang tersebut di masyarakat dan kepopuleran bisa diraih dengan memposting hal-hal positif atau hal yang disukai oleh orang lain. Namun seperti yang sobat telah ketahui, sisi baik orang lain tidak bisa semata wayang diukur oleh stars melainkan dari tindakan nyata apa yang telah ia berikan untuk masyarakat. Setiap orang memiliki kebebasan untuk melakukan hal apapun, bahkan tindakan baik sekalipun sesungguhnya tidak perlu diunggah melalui media sosial hanya semata mengejar stars dan memperoleh eksistensi di mata publik. Perubahan terjadi dalam semesta ini dan Charlie Brooker selaku scriptwriter dari serial tersebut berusaha menyadari masyarakat melalui serial yang ia ciptakan. Permasalahannya adalah, apakah penonton hanya sekedar menikmati serial tersebut ataukah mencoba untuk mengetuk pintu hati dan matanya bahwa apa yang ada di sekitar mereka sudah tidak benar apa adanya?
Sobat semua, ternyata penemuan teori Marshall McLuhan mengundang banyak ilmuwan lain dalam meneliti tentang perkembangan teknologi dan dampaknya terhadap perkembangan manusia loh. Salah satu rekan baiknya bernama Neil Postman mengeluarkan sebuah buku dengan judul Technopoly: The Surrender of Culture to Technology. Dasar dari teori ini masih sama yaitu Technology Determinism tapi Postman lebih mengkhususkan dampaknya terhadap perubahan perkembangan budaya yang dialami masyarakat. Penasaran bagaimana Postman mengangkat permasalahan Technology Determinism ini? Yuk kita lihat uraian singkatnya:
sumber: dokumen pribadi
Dalam mengawali uraiannya, Postman membagi klasifikasi budaya berdasarkan tiga zaman yaitu Tools, Technocracy dan Technopoly. Pada zaman yang disebut beliau sebagai tools, alat atau teknologi diciptakan untuk menyelesaikan masalah spesifik dan mendesak (urgent) dalam kehidupan manusia. Pada saat ini beliau belum melihat adanya penyimpangan dari implikasi teknologi bahkan melihat suatu saat budaya/tradisi dapat saling melengkapi untuk perkembangan teknologi yang positif di kedepannya. Berikut adalah kutipan dari beliau:
“With some exceptions, tools did not prevent people from believing in their traditions, in their God, in their politics, in their methods of education, or in the legitimacy of their social organization. These beliefs, in fact, directed the invention of tools and limited the uses to which they were put”
Kemudian zaman beralih ke era Technocracy. Era Technocracy memfokuskan pada penemuan alat (mesin-mesin) yang berfungsi sebagai unseen-hand yang dapat memproduksi produk dengan harga murah seperti yang diharapkan semua orang. Ini dikarenakan biaya untuk menggaji karyawan sudah dipangkas dengan adanya mesin-mesin yang bekerja layaknya manusia Seiring zaman berkembang, Postman melihat ada yang salah dari teknologi tersebut sobat semua! Beliau menyebut teknologi dengan pernyataan, “they bid to become the culture”. Dalam bukunya, Neil Postman juga menyebutkan sebuah kutipan menarik yang mengatakan:

“Faith in machinery was mankind’s greatest menace”

Sumber: dokumen pribadi
Sebuah kutipan dari Matthew Arnold yang diambil oleh Neil Postman menunjukkan rasa skeptisisme dari teknologi. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi dapat mempercepat perkembangan di dunia seperti mempercepat akses ke suatu tempat. Namun di sisi lain justru “melonggarkan” ikatan kita dengan budaya. De-eskalasi ini terus berkembang dan mendorong perkembangan era Technocracy menjadi Technopoly. Sebagai sebuah kesimpulan, perhatikan bagan disamping berikut.

sumber: http://www.adp.com/~/Spark_images/221990.jpg
Technopoly adalah keadaan yang tepat untuk menggambarkan kondisi saat ini. Neil Postman sudah dapat memprediksi sejak tahun 1930-an dan ternyata benar apa adanya. Bagaimana cara kita berkomunikasi dan budaya, semua sudah diserahkan pada teknologi. Budaya seharusnya menentukan bagaimana teknologi itu bergerak, namun yang terjadi justru sebaliknya yaitu “Technology defines us”. Seperti gambar diatas, apakah hal tersebut terjadi di lingkungan sobat sekalian? Saat ini mungkin sudah lumrah melihat pemandangan tersebut.
Setelah membaca tulisan ini, bagaimana pendapat kalian sobat? Apakah kalian memiliki pandangan yang sama dengan dua ilmuwan tersebut? Atau kalian justru masih melihat titik terang terhadap perkembangan inovasi teknologi kedepannya?

sumber: https://makeameme.org/meme/technology-is-killing



Nama: G.P. Yuda Prasetia Adhiguna
NPM: 1506686261


Daftar Pustaka

  1. https://radcallista.wordpress.com/2012/12/16/teori-technological-determinism-dan-contoh-terkait/
  2. Postman, Neil. 1993. Technopoly: The Surrender of Culture to Technology. New York: Knopf.
  3. Postman, Neil. 2006. Amusing Ourselves to Death: Public Discourse in The Age of Show Business.  United States of America: Penguin Books Ltd.
  4. http://www.adp.com/~/Spark_images/221990.jpg
  5. https://makeameme.org/meme/technology-is-killing
  6. http://www.imdb.com/title/tt2085059/


  

You May Also Like

2 komentar