Teknologi Boleh Sama, Persepsi Tentu Beda
Perubahan zaman telah mendatangkan
begitu banyak teknologi-teknologi baru dalam bidang estetika. Veneer gigi, salah satunya, tak
disangka-sangka telah menjadi sebuah tren dalam kurun waktu yang singkat saja. Jika
sebelumnya behel menjadi tren untuk merapikan gigi, masyarakat sekarang mulai
menggunakan teknologi veneer gigi
yang sifatnya instan dan memberikan hasil yang lebih rapi.
Berbagai tanggapan dan persepsi
tentu saja bermunculan mengenai veneer
gigi ini. Beberapa berbondong-bondong pergi ke klinik gigi dan rela membayar
jutaan rupiah untuk veneer gigi,
sementara beberapa merasa bahwa teknologi demikian tidak diperlukan dan justru
membahayakan. Salah satu bentuk veneer gigi yang sedang marak adalah veneer untuk membuat gigi kelinci. Awal
mula veneer gigi kelinci di Indonesia
sendiri diinisiasi oleh artis Olla Ramlan dan Vega Darwanti. Mereka telah
melakukan veneer gigi kelinci sejak
tahun 2014 namun masyarakat baru semakin heboh akan gigi kelinci dari akhir
tahun 2016 hingga sekarang.
Fenomena veneer gigi ini mengantarkan kita kepada apa yang disebut sebagai SCOT yang merupakan singkatan dari Social Constructivism of Technology. Dikutip dari IGI Global, SCOT adalah :
a theory advocated by social constructivists
that contends that technology does not determine human action, but,
rather, that human action shapes technology. It also argues that the
ways in which a technology is used cannot be understood without
understanding how that technology is embedded in its social context.
Berbeda dengan postingan sebelumnya yang menyatakan bahwa teknologi merupakan determinan key dalam kehidupan manusia, SCOT justru memiliki konsep yang bertentangan. Sesuai dengan kalimat pertama dari definisi di atas, para penganut SCOT melihat bahwa subjektivitas manusia berada lebih tinggi dari teknologi yang dibuat oleh manusia sendiri. Bukan teknologi yang bekerja mempengaruhi manusia, tetapi manusia yang menentukan bagaimana ia akan melihat dan memaknai suatu teknologi.
Jika kita lihat dari fenomena veneer gigi, tren untuk melakukan veneer sebenarnya sudah ada dari beberapa tahun yang lalu namun masyarakat belum antusias terhadapnya. Ketika masyarakat ‘memutuskan’ untuk memaknai veneer gigi sebagai suatu tren yang ingin mereka ikuti, pada saat itulah fenomena ini ‘dibentuk’ oleh manusia menjadi sesuatu yang modis, bermanfaat, trendy dan dimaknai secara berbeda dari makna awal yang dibawa oleh veneer gigi ini.
Menilik lagi dari definisi di atas, pada poin kedua dinyatakan bahwa teknologi tidak dapat dipahami tanpa memperhatikan bagaimana konteks sosial di tempat teknologi tersebut berada. Para pejuang SCOT melihat bahwa setiap teknologi memberikan dampak atau memberikan makna yang berbeda bagi kelompok-kelompok sosial tertentu. Dengan subjektivitas mereka, setiap teknologi memiliki makna dan fungsi tertentu dalam kehidupan mereka sehingga realita yang diyakini oleh para penganut SCOT adalah realita yang terkonstruksi.
Kelompok sosial relevan memegang peranan penting dalam konsep SCOT. Menurut Pinch dan Bijker(1987), anggota dari suatu kelompok sosial berbagi makna yang sama yang ‘ditempelkan’ pada suatu artefak spesifik. Kelompok sosial inilah yang menentukan bagaimana kerja dari teknologi, secara spesifik bagi kelompok mereka sendiri. Misalnya yaitu terdapat kelompok sosial yang mementingkan nilai instan, estetika dan tren sehingga mereka melihat veneer gigi sebagai teknologi yang sesuai dengan mereka dan dapat meningkatkan kualitas dari dirinya. Selain itu terdapat juga kelompok sosial yang lebih percaya pada penggunaan behel untuk merapikan gigi karena meskipun jangka waktunya lebih lama, behel tidak memberikan efek samping yang signifikan seperti veneer gigi. Lain hal, beberapa kelompok sosial mementingkan kealamian dari gigi mereka dan melihat veneer gigi atapun behel sebagai teknologi yang tidak berpengaruh bagi mereka. Dari sini terlihat bahwa teknologi tidak mempengaruhi manusia dengan cara yang sama dan bersifat determinan, melainkan manusia yang menentukan makna apa yang ia berikan pada suatu teknologi tertentu.
SCOT melihat bahwa teknologi tidak memiliki kuasa atas tindakan yang dilakukan manusia atasnya. Namun setiap teknologi dimaknai secara subjektif oleh kelompok sosial relevan tertentu yang menentukan keberlangsungan dari teknologi tersebut. Konsep SCOT ini sesuai dengan kenyataan di dunia sebenarnya dimana setiap teknologi pasti memiliki kontroversi masing-masing. Teknologi boleh satu, persepsi tentu berbeda-beda tergantung konteks sosial dan subjektivitas.
Oleh : Clarissa Setyadi - 1506724392
Sumber:
1 komentar
AGENS128 "agen bola terpercaya saat ini"
BalasHapusNikmati bonus new member 10% & bonus cashback setiap minggunya
dan tunggu promo promo kami lainya
info lebih lanjut bisa hub di :
WhatsApp : 0877-8922-1725
BBM : D8B84EE1 / AGENS128