Menangani Fenomena Jebakan Klik dalam Industri Media di Era Konvergensi
Safira Rivani
(1506685883)
Tentunya kita
telah sadar betul akan judul-judul tersebut. Keberadaannya saat ini kurang
lebih sudah banyak menghiasi timeline di media sosial yang kita gunakan.
Membawa judul berita yang menarik perhatian, cara ini lah yang digunakan portal
berita online menaikkan trafik pembaca sehingga mengundang para pengiklan untuk
menempatkan iklan dan ini lah yang menjadi sumber pemasukan untuk portal berita
online yang menyediakan konten secara gratis. Namun apakah sebenarnya cara ini
akan menguntungkan apabila dilakukan dalam jangka panjang?
Sebelumnya kita perlu mengenal
terlebih dahulu mengenai bisnis media yang berkembang saat ini. Tentunya bisnis
media online yang berkembang saat ini dipengaruhi pula oleh kehadiran
konvergensi media yang menurut Henry Jenkins (2006) fenomena ini merupakan
hadirnya konten yang dalam berbagai saluran multimedia dan menciptakan hubungan
kompleks dan budaya partisipatif. Dengan keberadaan konsep konvergensi ini
perusahaan media singkatnya akan dipermudah dalam menjalankan bisnisnya
sehingga bisnis yang dijalankan akan menjadi semakin efektif. Namun, fenomena ini seringkali dijadikan
sarana untuk meraup keuntungan yang sebesar-besarnya tanpa mempertimbangkan keberagaman
konten dan kepemilikan sehingga terjadilah eksploitasi kepemilikan media,
menurunnya keberadaan media konvensional serta salah satunya yang akan dibahas dalam tulisan ini yaitu penurunan kualitas informasi.
Kembali lagi ke
fenomena jebakan klik dimana inti dari istilah ini adalah penyampaian konten
yang ditujukan untuk memaksimalkan pembaca dari artikel tersebut. Hal ini merupakan
dampak dari bisnis media di era konvergensi saat ini. Kehadirannya bisa
dianggap sebagai paradoks dalam dunia jurnalisme dimana menguntungkan sekaligus
dapat berpotensi merugikan apabila berlangsung dalam jangka panjang. Hal ini
dapat dilihat melalui keberadaan jebakan klik yang memancing pembacanya untuk
membuka berita atau artikel karena judulnya menarik, namun ketika pembaca sudah
semakin sadar informasi yang dibacanya tersebut merupakan informasi yang isinya
kurang kredibel dan tidak sesuai apa yang dituliskan judulnya, mereka
berpotensi untuk meninggalkan portal berita online tersebut.
Di sisi lain pula, tugas seorang jurnalis
adalah mengedepankan kebenaran bukan menjual sensasi berita lewat judul belaka.
Maka dari itu, fenomena jebakan klik ini sebenarnya berpotensi membawa banyak
kerugian pula untuk bisnis media baru dibalik semua keuntungan yang
ditawarkannya. Lalu pertanyaannya, bagaimanakah sebuah portal berita tetap
dapat berdiri apabila tak ada pengiklan? Hal ini bisa ditawarkan lewat beberapa
model bisnis lainnya.
Model pertama
yang ditawarkan adalah All-Paying model dimana model bisnis ini tidak sama
sekali memberikan konten berita secara gratis. Sehingga pengiklan bukan menjadi
sumber pendapatan dari bisnis portal berita online ini. Sistemnya adalah
berlangganan secara penuh seperti ketika kita berlangganan koran konvensional
yang mengharuskan kita membayar biaya berlangganan dalam rentang waktu
tertentu. Nah, dengan ini kualitas berita tentunya dapat lebih terjaga. The Times dan The Wall Street Journal merupakan beberapa contoh media yang pernah
menggunakan jenis ini.
Model bisnis yang
kedua yang juga dapat mengurangi keberadaan jebakan klik adalah Metered-model dimana bisnis dikembangkan
dengan memberikan kesempatan membaca beberapa artikel gratis untuk para pembaca.
Setelah kesempatan tersebut habis, maka portal berita online ini akan
menawarkan pembacanya untuk berlangganan. The
New York Times merupakan salah satu kanal berita online yang pernah
menerpakan sistem ini.
Selanjutnya
adalah model Freemium. Model ini memungkinkan para pembacanya untuk mengakses
berita gratis, namun untuk mendapatkan informasi yang lebih beragam lagi,
pembaca diharuskan untuk berlangganan. Dan yang terakhir adalah model donasi
dimana pendapatan portal berita online ini hanya didapatkan melalui dana
sumbangan para pembacanya.
Dengan solusi
yang ditawarkan oleh beberapa model
bisnis lainnya sebenarnya portal berita online bisa tetap mendapatkan pembaca
tanpa harus menjual sensasi semata. Sebagai pembaca, kita juga harus dapat
mengenali berita-berita yang dapat menjebak kita lewat judulnya saja. Biasanya
berita-berita ini mengedepankan judul dibandingkan konten serta tanpa
dilengkapi data yang mendukung. Selain itu, untuk menghadapi industri media di
era konvergensi ini pula, kita dituntut untuk lebih kritis dan pintar dalam
menelaah isi informasi yang kita dapatkan serta tidak sembarang menyebarkannya
begitu saja.
Sumber:
Ripollés, Andreu Casero, and Jessica
Izquierdo Castillo. 2013. "Between Decline and a New Online Business
Model: The Case of The Spanish Newspaper Industry." Journal of Media
Business Studies 63-78
Jenkins, Henry. 2006. “Convergence Culture (Where Old Media Meets New Media)” halaman 423. New York: New York University Press.
Jenkins, Henry. 2006. “Convergence Culture (Where Old Media Meets New Media)” halaman 423. New York: New York University Press.
https://www.theguardian.com/commentisfree/2013/nov/04/in-defence-of-clickbait
https://www.buzzfeed.com/spenceralthouse/unsettling-pixar-moments?utm_term=.dj2MPr8WW#.psene69AA
https://today.line.me/id/article/8378b1532735285b71048f1b27f2bff38b0b4a13173b01a7dbc2cc8f24b6aae5/?utm_source=oa&utm_medium=all&utm_campaign=1705050520&utm_term=6&utm_source=oa&utm_medium=all&utm_campaign=1705050520&utm_term=6
0 komentar